BAB I
PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
ANAK DENGAN
ATRESIA ANI
A.
Latar Belakang
Atresia ani merupakan kelainan kongingetal atau
penyakit bawaan yang sudah didapat ketika masih dalam kandungan , biasa
disebabkan karena adanya kelainan dalam pembentukan organ yang tidak sempurna
ketika dalam masa kandungan.
Dalam istilah
kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya atau tertutupnya
lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut juga clausura.
Dalam dunia
keperawatan kasus atresia ani perlu perhatian khusus dalam pemberian perawatan,
dikarenakan angka kejadian nya banyak ditemukan pada bayi baru lahir.sehingga
perlu perhatian yang maksimal agar terhindar dari nasokonomial infection.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat di ambil
kesimpulan untuk dijadikan judul dalam penyusunan makalah ini yaitu tentang ”
Asuhan keperawatan Atresia Ani ”
C.
Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Anak di Kampus STIKES Bhakti Kencana
bandung.
D.
Sasaran
Umum :Diharapkan
dapat memberikan informasi dan ilmu kepada mahasiswa tentang asuhan keperawatan
Atresia Ani.
Khusus :Diharapkan
dapat memberikan informasi dan pengetahuan khususnya bagi penyusun tentang
asuhan keperawatan atresia ani , sehingga dapat presentasikan ketika menemukan
kembali kasus anak dengan atresia ani.
E.
Sistematika pembahasan
BAB I Pendahuluan
BAB II Tinjauan Teoritik
BAB III Pembahasan
Daftar Pustaka
BAB II
TINJAUAN TEORITIK
ASUHAN KEERAWATAN PADA
ANAK DENGAN
ATRESIA ANI
A.
Pengertian Atresia Ani
Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus
imperforate meliputi anus, rectum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun
2002)
Atresia ini
atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan
bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus
tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak
berhubungan langsung dengan rectum. (sumber Purwanto. 2001 RSCM)
Atresia Ani
merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus
(Donna L. Wong, 520 : 2003).
Atresia berasal
dari bahasa Yunani, artinya tidak ada, trepis artinya nutrisi atau makanan.
Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya atau
tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut
juga clausura. Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya
berlubang atau buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena
bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian karena proses penyakit yang mengenai
saluran itu. Atresia dapat terjadi pada seluruh saluran tubuh, misalnya atresia
ani. Atresia ani yaitu tidak berlubangnya dubur. Atresia ani memiliki nama lain
yaitu anus imperforata. Jika atresia terjadi
maka hampir selalu memerlukan tindakan operasi untuk membuat saluran seperti
keadaan normalnya
Menurut Ladd
dan Gross (1966) anus imperforata dalam 4 golongan, yaitu:
- Stenosis rektum yang lebih rendah atau pada anus
- Membran anus yang menetap
- Anus imperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada bermacam-macam jarak dari peritoneum
- Lubang anus yang terpisah dengan ujung
B.
Etiologi
Atresia dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
- Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur.
- Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan
- Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
C.
Patofisiologi
Atresia ani atau anus imperforate dapat disebabkan karena :
- Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik.
- Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur.
- Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau tiga bulan.
- Berkaitan dengan sindrom down
- Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan
Terdapat tiga macam letak
:
Ø Tinggi (supralevator) → rektum berakhir di atas M.Levator ani
(m.puborektalis) dengan jarak antara ujung buntu rectum dengan kulit perineum
>1 cm. Letak upralevator biasanya disertai dengan fistel ke
saluran kencing atau saluran genital
Ø Intermediate → rectum terletak pada m.levator ani tapi tidak menembusnya.
Ø Rendah → rectum berakhir di bawah m.levator ani sehingga jarak antara kulit
dan ujung rectum paling jauh 1 cm.
Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina/perineum
Pada laki-laki umumnya letak tinggi, bila ada fistula ke traktus urinarius
D.
Manifestasi
Klinis
1.
Mekonium tidak keluar
dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.
2.
Tidak dapat dilakukan
pengukuran suhu rectal pada bayi.
3.
Mekonium keluar
melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.
4.
Distensi
bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula).
5.
Bayi muntah-muntah
pada umur 24-48 jam.
6.
Pada
pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal.
7.
Perut
kembung.(Betz. Ed 7. 2002)
E.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain :
1.
Asidosis
hiperkioremia.
2.
Infeksi
saluran kemih yang bisa berkepanjangan.
3.
Kerusakan
uretra (akibat prosedur bedah).
4.
Komplikasi
jangka panjang.
- Eversi mukosa
anal
- Stenosis
(akibat kontriksi jaringan perut dianastomosis)
5. Masalah atau
kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
6. Inkontinensia
(akibat stenosis awal atau impaksi)
7. Prolaps
mukosa anorektal.
8. Fistula
kambuan (karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi)
(Ngustiyah, 1997 : 248)
F.
Klasifikasi
Klasifikasi atresia ani :
1.
Anal
stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak dapat
keluar.
2.
Membranosus
atresia adalah terdapat membran pada anus.
3.
Anal
agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum dengan anus.
4.
Rectal
atresia adalah tidak memiliki rectum
(Wong, Whaley.
1985).
G.
Penatalaksanaan
Medis
1.
Pembedahan
Terapi
pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan kelainan.
Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur pengobatannya. Untuk kelainan
dilakukan kolostomi beberapa lahir, kemudian anoplasti perineal yaitu dibuat
anus permanen (prosedur penarikan perineum abnormal) dilakukan pada bayi
berusia 12 bulan. Pembedahan ini dilakukan pada usia 12 bulan dimaksudkan untuk
memberi waktu pada pelvis untuk membesar dan pada otot-otot untuk berkembang.
Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk menambah berat badan dan bertambah
baik status nutrisnya. Gangguan ringan diatas dengan menarik kantong rectal
melalui afingter sampai lubang pada kulit anal fistula, bila ada harus tutup
kelainan membranosa hanya memerlukan tindakan pembedahan yang minimal membran
tersebut dilubangi degan hemostratau skapel
2.
Pengobatan
a.
Aksisi
membran anal (membuat anus buatan)
b.
Fiktusi
yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3 bulan dilakukan korksi
sekaligus (pembuat anus permanen)
(Staf Pengajar
FKUI. 205)
H.
Pemeriksaan
Penunjang
1.
Pemeriksaan
rectal digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostik yang umum dilakukan
pada gangguan ini.
2.
Jika
ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel epitel
mekonium.
3.
Pemeriksaan
sinyal X lateral infeksi (teknik wangensteen-rice) dapat menunjukkan adanya
kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu pada mekonium yang mencegah udara
sampai keujung kantong rectal.
4.
Ultrasound
dapat digunakan untuk menentukan letak rectal kantong.
5.
Aspirasi
jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan menusukan jarum tersebut sampai melakukan
aspirasi, jika mekonium tidak keluar pada saat jarum sudah masuk 1,5 cm Derek
tersebut dianggap defek tingkat tinggi.
6.
Pemeriksaan
radiologis dapat ditemukan :
a.
Udara
dalam usus berhenti tiba-tiba yang menandakan obstruksi di daerah tersebut.
b.
Tidak
ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bagian baru lahir dan gambaran ini
harus dipikirkan kemungkinan atresia reftil/anus impoefartus, pada bayi dengan
anus impoefartus. Udara berhenti tiba-tiba di daerah sigmoid, kolon/rectum.
c.
Dibuat
foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan kepala dibawah dan
kaki diatas pada anus benda bang radio-opak, sehingga pada foto daerah antara
benda radio-opak dengan dengan bayangan udara tertinggi dapat diukur.
BAB III
PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
ATRESIA
ANI
A.
Pengkajian
1.
Biodata
klien
2.
Riwayat
keperawatan
a.
Riwayat
keperawatan/kesehatan sekarang
b.
Riwayat
kesehatan masa lalu
3.
Riwayat
psikologis
Koping keluarga
dalam menghadapi masalah
4.
Riwayat
tumbuh kembang
a.
BB
lahir abnormal
b.
Kemampuan
motorik halus, motorik kasar, kognitif dan tumbuh kembang pernah mengalami
trauma saat sakit.
c.
Sakit
kehamilan mengalami infeksi intrapartal
d.
Sakit kehamilan tidak
keluar mekonium
5.
Riwayat
social
Hubungan social
6.
Pemeriksaan
fisik
B.
Diagnosa
Keperawatan
Dx Pre Operasi
1)
Konstipasi
berhubungan dengan aganglion.
2)
Risiko
kekurangan volume cairan berhubungan dengan menurunnya intake, muntah.
3)
Cemas
orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan prosedur
perawatan.
Dx Post Operasi
1)
Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan terdapat stoma sekunder dari kolostomi.
2)
Kurang
pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah.
C.
Rencana
Keperawatan
Diagnosa Pre Operasi
1.
Dx.
1 Konstipasi berhubungan dengan aganglion
Tujuan : Klien
mampu mempertahankan pola eliminasi BAB dengan teratur.
Kriteria Hasil
:
ü Penurunan
distensi abdomen.
ü Meningkatnya
kenyamanan.
Intervensi :
a.
Lakukan enema atau
irigasi rectal sesuai order
R/ Evaluasi bowel meningkatkan kenyaman pada anak.
b.
Kaji bising usus dan
abdomen setiap 4 jam
R/ Meyakinkan
berfungsinya usus
c.
Ukur
lingkar abdomen
R/ Pengukuran lingkar abdomen membantu mendeteksi terjadinya distensi
2.
Dx.
2 Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan menurunnya intake, muntah
Tujuan : Klien
dapat mempertahankan keseimbangan cairan
Kriteria Hasil
:
ü Output urin 1-2
ml/kg/jam
ü Capillary
refill 3-5 detik
ü Turgor kulit
baik
ü Membrane mukosa
lembab
Intervensi :
a.
Monitor
intake – output cairan
R/ Dapat mengidentifikasi status cairan klien
b.
Lakukan pemasangan infus
dan berikan cairan IV
R/ Mencegah
dehidrasi
c.
Pantau
TTV
R/ Mengetahui
kehilangan cairan melalui suhu tubuh yang tinggi
3.
Dx
3 Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan
prosedur perawatan.
Tujuan :
Kecemasan orang tua dapat berkurang
Kriteria Hasil
:
ü Klien tidak lemas
Intervensi :
a.
Jelaskan dengan istilah
yang dimengerti oleh orang tua tentang anatomi dan fisiologi saluran pencernaan
normal. Gunakan alay,
media dan gambar.
R/ Agar orang tua mengerti kondisi klien
b.
Beri
jadwal studi diagnosa pada orang tua
R/ Pengetahuan
tersebut diharapkan dapat membantu menurunkan kecemasan
c.
Beri
informasi pada orang tua tentang operasi kolostomi
R/ Membantu
mengurangi kecemasan klien
Diagnosa Post
Operasi
- Dx 1 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapat stoma sekunder dari kolostomi.
Tujuan : Klien
tidak ditemukan tanda-tanda kerusakan kulit lebih lanjut.
Intervensi :
a.
Gunakan kantong
kolostomi yang baik
b.
Kosongkan
kantong ortomi setelah terisi ¼ atau 1/3 kantong
c.
Lakukan
perawatan luka sesuai order dokter
- Dx 2 Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah.
Tujuan : Orang
tua dapat meningkatkan pengetahuannya tentang perawatan di rumah.
Intervensi :
a.
Ajarkan
pada orang tua tentang pentingnya pemberian makan tinggi kalori tinggi protein.
b.
Ajarkan
orang tua tentang perawatan kolostomi.
D.
Evaluasi
Pre
Operasi
|
Post operasi
|
1.
Tidak terjadi konstipasi
2.
Defisit volume cairan tidak terjadi
3.
Cemas berkurang
|
1. Kerusakan
integritas kulit tidak terjadi
2. Klien memiliki pengetahuan perawatan di rumah
|
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus
imperforate meliputi anus, rectum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun
2002)
Atresia dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
-
Putusnya
saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa
lubang dubur.
-
Kegagalan
pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan
-
Adanya
gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian
distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai
keenam usia kehamilan.
Klasifikasi
Klasifikasi atresia ani :
-
Anal
stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak dapat
keluar.
-
Membranosus
atresia adalah terdapat membran pada anus.
-
Anal
agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum dengan anus.
-
Rectal
atresia adalah tidak memiliki rectum
(Wong, Whaley.
1985).
Penatalaksanaan medic dilakukan pembedahan dan pengobatan dengan cara
colostomy , Aksisi membran
anal (membuat anus buatan),Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara
dan setelah 3 bulan dilakukan korksi sekaligus (pembuat anus permanen)
B.
Saran
Asuhan keperawatan pada anak dengan atresia ani memerlukan perhatian
khusus dalam pelaksanaan proses keperawatan untuk itu perlu pemahaman dan
pengetahuan agar tercapai hasil yang memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Betz,
Cealy L. & Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik.
Edisike-3. Jakarta: EGC.
2.
Carpenito,
Lynda Juall. 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi ke-6. Jakarta :
EGC.
3.
Wong,
Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Sri
Kurnianianingsih (ed), Monica Ester (Alih Bahasa). edisi ke-4. Jakarta : EGC.
Thanks for your information. Please accept my comments to still connect with your blog. And we can exchange backlinks if you need.
BalasHapusWhat Is Albinism?
What Is Acanthosis Nigricans?
What Is Agoraphobia?
What Is ADHD?
What Is Atresia Ani?