Pemenuhan Kebutuhan Gizi Malita

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Konsumsi gizi yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak karena faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal menyangkut keterbatasan ekonomi keluarga sehingga uang yang tersedia tidak cukup untuk membeli makanan. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat didalam diri anak yang secara psikologis muncul sebagai problema makan pada anak.
Anak balita memang sudah bisa makan apa saja seperti halnya orang dewasa. Tetapi merekapun bisa menolak bila makanan yang disajikan tidak memenuhi selera mereka. Oleh karena itu sebagai orang tua kita juga harus berlaku demokratis untuk sekali-kali menghidangkan makanan yang memang menjadi kegemaran si anak.
Intake gizi yang baik berperan penting di dalam mencapai pertumbuhan badan yang optimal. Dan pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup pula pertumbuhan otak yang sangat menentukan kecerdasan seseorang.
Faktor yang paling terlihat pada lingkungan masyarakat adalah kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi anak pada masa pertumbuhan. Ibu biasanya justru membelikan makanan yang enak kepada anaknya tanpa tahu apakah makanan tersebut mengandung gizi-gizi yang cukup atau tidak, dan tidak mengimbanginya dengan makanan sehat yang mengandung banyak gizi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya penulisan ini yaitu :
1.      Untuk mengenal lebih jelas tentang pemenuhan kebutuhan gizi pada balita
2.      Menu makanan dan minuman yang bergizi untuk balita
3.      Faktor yang mempengaruhi status nutrisi balita
4.      Penilaian Status Gizi Balita

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemenuhan Kebutuhan Gizi Balita
A.   Mengenal Balita
Anak balita sebagai masa emas atau “golden age” yaitu insane manusia yang berusia 0-5 tahun (UU No.20 Tahun 2003 ), yang mempunyai proses pertumbuhan dan perkembangan yang unik , artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik ( koordinasi motorik halus dan motorik kasar ), kecerdasan ( daya piker, daya cipta, kecerdasan emosi , kecerdasan spiritual ), sosio emosiaonal ( sikap dan pr=erilaku serta agama ), bahasa dan komunikasi yang khusus seseuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya.
Secara psikologis rentang usia tersebut dibagi dalam 3 tahapan yaitu :
a)      Masa sebelum lahir
b)      Masa bayi
c)      Masa kanak – kanak
Pada ketiga tahapan tersebut banyak terjadi perubahan yang mencolok , baik fisik maupun psikologis karena tekanan budaya dan harapan untuk menguasai tugas-tugas perkembangan tertentu, yang dipengaruhi oleh faktor sosial dan ekonomi.
Dalam masa ini pemenuhan kebutuhan makananan dan minuman untuk anak usia 0-1 tahun pemenuhan kebutuhan gizi nya masih dibantu dengan ASI , untuk anak 1-5 tahun ataupun yang sudah lepas menyusui dibantu dengan pemenuhan kebutuhan makanan atau minuman bergizi diluar ASI.
B.      Keteristik Balita
Menurut Persagi (1992), berdasarkan karakteristiknya, balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang dikenal dengan “ batita “ dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia “ prasekolah”. Batita sering disebut konsumen pasif artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya anak balita diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih besar. Namun, perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.
sedangkan usia prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif yaitu mereka sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Masa ini juga sering dikenal sebagai “ masa keras kepala “. Akibat pergaulan dengan lingkungannya terutama dengan anak-anak yang lebih besar, anak mulai senang jajan. Jika hal ini dibiarkan, jajanan yang dipilih dapat mengurangi asupan zat gizi yang diperlukan bagi tubuhnya sehingga anak kurang gizi.
Perilaku makan sangat dipengaruhi oleh kedaan psikologis, kesehatan, dan sosial anak. Oleh karena itu, kedaan lingkungan dan sikap keluarga merupakan hal yang sangat penting dalam pemberian makan pada anak agar anak tidak cemas dan khawatir terhadap makanannya. Seperti pada orang dewasa, suasana yang menyenangkan dapat membangkitkan selera makan anak.
C.      Kebutuhan Gizi Balita
Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan pada umumnya.
Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh :
1.      Usia
2.      Jenis kelamin
3.      Aktivitas
4.      Berat badan
5.      Tinggi badan.
Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).
Usia balita dikatakan sebagai periode laten, karena pertumbuhan fisik sudah tidak sedramatis ketika masih berstatus bayi tetapi aktifitasnya lebih banyak. Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan selama masa kanak-kanak adalah laju pertumbuhan yang menurun drastis pada usia satu tahun dan berlanjut secara tidak teratur selama masa kanak-kanak.
Berat badan baku pada anak dapat mengacu pada baku BB dan TB dari WHO/NCHS, atau rumus perkiraan BB anak :
BB anak usia 1-5 tahun = [usia x 2 + 8]

USIA (th)
BB (kg)
1
10
2
12
3
14


Masa balita merupakan masa pertumbuhan sehingga memerlukan gizi yang baik. Apabila gizinya buruk maka akan mengganggu kesehatan, perkembangan otaknyapun kurang dan itu akan berpengaruh pada kehidupannya di usia prasekolah maupun sekolah. Bahkan ada yang mengatakan bahwa ”the child is the father of the man”. Sehingga setiap kelainan atau penyimpangan sekecil apapun apabila tidak terdeteksi apalagi tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya manusia kelak kemudian hari. Namun pada kenyataannya justru balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi.



Menurut sumber dari widyakarya pangan dan gizi VII tahun 2004 kebutuhan gizi balita sebagai berikut :
USIA
Energi
(Kkal)
Protein
(G)
Vit. A
( g)
Vit.D
(Ug re)
Vit. E
(mg)
Vit.K
(mg)
B1
(mg)
B2
(mg)
B3
(mg)
A.Folat
(ug)
B6
(mg)
B12
(ug)
V.C
(Mg)
1-3
4-6
1000
1550
25
39
400
450
5
5
6
7
15
20
0,5
0,8
0,5
0,6
6
8
150
200
0,5
0,6
0,9
1,2
40
45


D.     Prinsip pemberian makanan atau minuman pada balita
Pemberian makanan atau minuman yang bergizi harus mengacu pada 5 prinsip yaitu :
1)      Tinggi energi, protein, vitamin dan mineral
2)      Dapat diterima oleh bayi dan anak dengan baik
3)      Diproduksi setempat dan menggunakan bahan-bahan setempat
4)      Mudah didapat dalam bentuk kering dengan demikian mudah disimpan dan praktis penggunaannya
5)      Ringkas tetapi mempunyai nilai gizi maksimum
Pemberian makanan pada balita harus memenuhi kebutuhan balita itu yang meliputi kebutuhan kalori serta kebutuhan zat-zat gizi utama yang meliputi 4 komponen dasar yaitu
a)        Energi
Zat gizi yang mengandung energi terdiri dari protein, lemak dan karbohidrat. Dianjurkan supaya jumlah energi yang diperlukan didapatkan dari 50-60% karbohidrat, 25-35% lemak, selebihnya 10-15% protein.
b)        Protein
Disarankan untuk memberi 2,5-3 gr/kg BB. Protein yang diberikan dianggap adekuat jika mengandung semua asam amino esensial dalam jumlah yang cukup, mudah dicerna dan diserap tubuh, serta harus yang berkualitas tinggi seperti protein hewani.
c)        Mineral dan Vitamin
Susu sapi merupakan sumber yang baik bagi beberapa vitamin dan mineral seperti kalsium dan fosfor. Tiap 500-600 ml susu mengandung kurang lebih 0,7-0,8 gram kalsium dan cukup fosfor bagi pembentukan tulang dan gigi. Menu yang setiap harinya mengandung susu, daging, ayam, ikan, telur, sayur, buah dan serealia (nasi, roti, kentang, mi) akan mengandung cukup vitamin dan mineral.
d)        Cairan
Pada umumnya anak sehat memerlukan 1000 – 1500 ml air setiap harinya. Pada keadaan sakit seperti infeksi dengan suhu tubuh tinggi, diare atau muntah masukan cairan harus ditingkatkan untuk menghindari kekurangan cairan (dehidrasi).
2.2 Makanan atau Minuman Bergizi Balita
Pemberian makanan pada balita harus memenuhi kebutuhan balita itu yang meliputi kebutuhan kalori serta kebutuhan zat-zat gizi utama yang meliputi 4 komponen dasar yaitu
a)        Energi
Zat gizi yang mengandung energi terdiri dari protein, lemak dan karbohidrat. Dianjurkan supaya jumlah energi yang diperlukan didapatkan dari 50-60% karbohidrat, 25-35% lemak, selebihnya 10-15% protein.
b)        Protein
Disarankan untuk memberi 2,5-3 gr/kg BB. Protein yang diberikan dianggap adekuat jika mengandung semua asam amino esensial dalam jumlah yang cukup, mudah dicerna dan diserap tubuh, serta harus yang berkualitas tinggi seperti protein hewani.
c)        Mineral dan Vitamin
Susu sapi merupakan sumber yang baik bagi beberapa vitamin dan mineral seperti kalsium dan fosfor. Tiap 500-600 ml susu mengandung kurang lebih 0,7-0,8 gram kalsium dan cukup fosfor bagi pembentukan tulang dan gigi. Menu yang setiap harinya mengandung susu, daging, ayam, ikan, telur, sayur, buah dan serealia (nasi, roti, kentang, mi) akan mengandung cukup vitamin dan mineral.
d)        Cairan
Pada umumnya anak sehat memerlukan 1000 – 1500 ml air setiap harinya. Pada keadaan sakit seperti infeksi dengan suhu tubuh tinggi, diare atau muntah masukan cairan harus ditingkatkan untuk menghindari kekurangan cairan (dehidrasi).
Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Oleh karenanya, pola makan yang baik dan teratur perlu diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan pengenalan jam-jam makan dan variasi makanan.
Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai berikut :
Ø  Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan sehari-hari sebaiknya terdiri atas ketiga golongan bahan makanan tersebut.
Ø  Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan asupan gizi yang diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Waktu-waktu yang disarankan adalah:
v  Pagi hari waktu sarapan.
v  Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu.
v  Pukul 12.00 pada waktu makan siang.
v  Pukul 16.00 sebagai selingan
v  Pukul 18.00 pada waktu makan malam.
v  Sebelum tidur malam, tambahkan susu.
v  Jangan lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi.
Contoh Pola Jadwal Pemberian Makanan Menjelang Anak Usia 1 Tahun
Perlu diketahui, jadwal pemberian makanan ini fleksibel (dapat bergeser, tapi jangan terlalu jauh)
v  Pukul 06.00 : Susu
v  Pukul 08.00 : Bubur saring/Nasi tim
v  Pukul 10.00 : Susu/Makanan selingan
v  Pukul 12.00 : Bubur saring/Nasi tim
v  Pukul 14.00 : Susu
v  Pukul 16.00 : Makanan selingan
v  Pukul 18.00 : Bubur saring /nasi tim
v  Pukul 20.00 : Susu
Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Makanan seimbang pada usia ini perlu diterapkan karena akan mempengaruhi kualitas pada usia dewasa sampai lanjut.
Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan sel otak sehingga dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu diperhatikan keseimbangan gizinya sejak janin melalui makanan ibu hamil. Pertum-buhan sel otak akan berhenti pada usia 3-4 tahun.
Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka ragam, menggunakan makanan yang telah dikenalkan sejak bayi usia enam bulan yang telah diterima oleh bayi, dan dikembangkan lagi dengan bahan makanan sesuai makanan keluarga.
Pembentukan pola makan perlu diterapkan sesuai pola makan keluarga. Peranan orangtua sangat dibutuhkan untuk membentuk perilaku makan yang sehat. Seorang ibu dalam hal ini harus mengetahui, mau, dan mampu menerapkan makan yang seimbang atau sehat dalam keluarga karena anak akan meniru perilaku makan dari orangtua dan orang-orang di sekelilingnya dalam keluarga.
Makanan selingan tidak kalah pentingnya yang diberikan pada jam di antara makan pokoknya. Makanan selingan dapat membantu jika anak tidak cukup menerima porsi makan karena anak susah makan. Namun, pemberian yang berlebihan pada makanan selingan pun tidak baik karena akan mengganggu nafsu makannya.
Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi lengkap yaitu sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, seperti arem-arem nasi isi daging sayuran, tahu isi daging sayuran, roti isi ragout ayam sayuran, piza, dan lain-lain.
Fungsi makanan selingan adalah :
1)  Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam bahan makanan selingan.
2)      Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan utamanya (pagi, siang dan malam).
3)      Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada usia balita.
Makanan selingan yang baik dibuat sendiri di rumah sehingga sangat higienis dibandingkan jika dibeli di luar rumah.
Bila terpaksa membeli, sebaiknya dipilih tempat yang bersih dan dipilih yang lengkap gizi, jangan hanya sumber karbohidrat saja seperti hanya mengandung gula saja. Makanan ini jika diberikan terus-menerus sangat berbahaya. Jika sejak kecil hanya senang yang manis-manis saja maka kebiasaan ini akan dibawa sampai dewasa dan risiko mendapat kegemukan menjadi meningkat. Kegemukan merupakan faktor risiko pada usia yang relatif muda dapat terserang penyakit tertentu.
2.3 Faktor yang mempengaruhi status gizi balita.
a)   Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang sungguhpun berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja. Dengan demikian, kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan relatif baik (cukup). Keadaan ini menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan anak balita.
Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.pd, 1999, masalah gizi Karena kurang pengetahuan dan keterampilan dibidang memasak menurunkan komsumsi anak, keragaman bahan dan keragaman jenis masakan yang mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan.
b)   Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu
Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik terhadap bahan makanan itu. Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapae menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.
c)   Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan
Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan tertentu masih sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan, ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya dan hanya diwarisi secara dogmatis turun temurun, padahal anak itu sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti itu guna keperluan pertumbuhan tubuhnya.
Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil membuat anak sulit mendapat cukup protein. Beberapa orang tua beranggap ikan, telur, ayam, dan jenis makanan protein lainnya memberi pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak yang terkena diare malah dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara pengobatan seperti ini akan memperburuk gizi anak. ( Dr. Harsono, 1999).
d)     Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.
e)     Jarak kelahiran yang terlalu rapat
Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang menderita gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang baru telah lahir, sehingga ibunya tidak dapat merawatnya secara baik.
Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan ibunya, baik perawatan makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih sayang, jika dalam masa 2 tahun itu ibu sudah hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu terhadap anak akan menjadi berkurang.akan tetapi air susu ibu ( ASI ) yang masih sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar.
Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan pengganti ASI, yang kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat rendah, dengan penghentian pemberian ASI karena produksi ASI berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke jurang malapetaka yang menderita gizi buruk, yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan menyebabkan kematian. Karena alasan inilah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga, disamping memperbaiki gizi juga perlu dilakukan usaha untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan.
f)     Sosial Ekonomi
Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang disajikan. Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan.
g)    Penyakit infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan. Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan makanan.
Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare, infeksi saluran pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis, cacingan. ( Dr. Harsono, 1999).
2.4 Penilaian Status Gizi Balita
Penilain Nilai gizi balita berhubungan dengan perkembangan fisik , semakin baik status gizi balita akan mempengaruhi perkembangan fisiknya pula .
Untuk pengukurannya bisa dilakukan dengan cara pengukuran antomometri yaitu :
a)    Pengukuran Berat Badan
Merupakan hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh. Pemantauan BB balita dapat dilihat pada KMS. BB merupakan  yang baik untuk mengetahui status pada balita.
Berat badan ideal anak umur 1 tahun = 3 X BB lahir
Berat badan ideal anak umur 2 tahun = 4 X BB lahir
b)   Pengukuran Tinggi Badan
Merupakan ukuran antropometrik kedua yang penting. Kenaikan rata-rata TB anak para sekolah adalah 6-8 cm/tahun.
c)    Pengukuran Lingakar Kepala
Dipakai untuk menafsir volume intracranial, yang dipakai untuk menaksir pertumbuhan otak.Lingkar kepala bayi baru lahir rata-rata 34 cm. Pada umur 6 bulan rata-rata lingkar kepalanya adalah 44 cm, umur 1 tahun 47 cm, 2 tahun 49 cm, dan dewasa 54 cm.
d)   Pengukuran Lingkar Lengan Atas ( LILA )
Lingkar lengan atas mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan dengan BB. Lingkar lengan atas dipakai untuk menilai keadaan gizi atau tumbuh kembang pada usia prasekolah. Rata-rata lingkar lengan atas bayi baru lahir 11 cm, dan menjadi 16 cm pada usia 1 tahun. Selanjutnya tidak banyak berubah selama 1-3 tahun.
e)    Pengukuran Lipatan Kulit
Tebalnya lipatan kulit pada daerah trisep dan subskapular merupakan refleksi tumbuh kembang jaringan lemak di bawah kulit yang mencerminkan kecukupan energi

BAB III
  PENUTUP 
3.1  Kesimpulan
  1. Pelayanan gizi makanan atau minuman pada balita dilihat dari kateristik balita tersebut, yaitu dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, dan aktivitasnya 
  2. Pemenuhan kebutuhan gizi balita harus didasarkan pada kandungan yang terdapat dalam makanan tersebut yaitu kebutuhan energi, protein, mineral,vitamin dan cairan
  3.  Makanan dan minuman bergizi untuk anak balita sangat penting karena mempengaruhi tingkat status gizi anak , pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan , sosio emosional 
  4. Penilaian Status gizi balita bisa di ukur dengan pengukuran antopometri yaitu dengan pengukuran berkala terhadap balita diantaranya , pengukuran berat badan,pengukuran tinggi badan, pengukuran lingkar kepala, pengukuran lingkar lengan atas ,dan pengukuran lipatan kulit .
3.2   Saran
  1. Pengetahuan yang luas dari  ibu tentang makanan atau minuman bergizi 
  2. Ibu bisa memilih makanan yang bergizi dan makanan yang memang diperlukan seorang balita dalam proses perkembangannya. 
  3. Pendidikan kesehatan tentang nilai gizi anak balita sangat penting agar tdk terjadi kekuarangan gizi atau mal nutrisi terhadap balita.
  4. Pemeriksaan berkala anak ke puskesmas atau tempat kesehatan sangat penting untuk mengetahui status gizi anak sehingga terhindar dari gangguan gizi lainnya. 
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
  1. Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
  2. Almasyhuri . 1998 . Survey Tingkat Prevalensi Anemia pada Ibu Hamil . Penelitian Gizi dan Makanan . Jilid 21 : 15
  3. Kedokteran Libuae P . Perbaikan Gizi Anak Sekolah Sebagai Investasi SDM . dalam Kompas 9 September 2002 .
  4. Nasution, A.H., dkk. 1988. Gizi untuk Kebutuhan Fisiologis Khusus. Terjemahan. PT Gramedia. Jakarta.
  5. Widyakarya pangan dan gizi VII tahun 2004 tentang kebutuhan gizi balita


1 komentar:

  1. Sebagai tambahan informasi bisa baca di link berikut ini : http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/2576/1/232.pdf

    BalasHapus